Pencemaran lingkungan akibat limbah plastik yang menumpuk di Indonesia menjadi masalah serius yang perlu segera diatasi. Limbah plastik yang tidak terurai dengan cepat mengotori sungai, laut, dan udara, merusak ekosistem dan kesehatan manusia.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia merupakan salah satu negara penghasil limbah plastik terbesar di dunia. Setiap tahunnya, sekitar 3,22 juta ton sampah plastik dibuang ke lingkungan, dan sebagian besar akhirnya berakhir di laut. Hal ini menyebabkan terganggunya ekosistem laut dan berdampak negatif pada kehidupan masyarakat pesisir.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah konkret dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola limbah plastik secara bijak.
Menurut Dr. Novrizal Tahar, ahli lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), “Edukasi masyarakat mengenai cara mengurangi, memilah, dan mendaur ulang limbah plastik sangat penting untuk mengurangi pencemaran lingkungan.” Hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam menggalakkan gerakan Indonesia Bebas Sampah 2025.
Selain itu, penggunaan plastik sekali pakai perlu dikurangi, dan penggunaan bahan ramah lingkungan seperti daur ulang dan bioplastik perlu ditingkatkan. “Kita perlu beralih ke gaya hidup zero waste agar dapat mengurangi limbah plastik yang menumpuk di lingkungan,” kata Prof. Dr. Ir. Budi Haryanto, Pakar Pengelolaan Limbah dari Universitas Indonesia.
Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah plastik. Melalui kerja sama yang solid, diharapkan Indonesia dapat memberikan contoh kepada negara-negara lain dalam upaya pelestarian lingkungan. Semua pihak harus bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan bumi agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.